Saturday, September 23, 2006

Kamis, 24 Aug 2006
Berubahlah dari responsif/reaktif menjadi aktif/kreatif. Ketika anda mengalami perasaan-perasaan emosional yang negatif semisal ketika diputus pacar, atau sebuah kegagalan, apakah kita akan bersikap problem-solving ataukah purpose-pursuing? Akankah kita lebih memilih peran sebagai korban karena itulah peran/lakon yang kita ngerti lakuin, ataukah kita akan bangkit dari persepsi yang berbeda tentang apa yang sesungguhnya kita alami, misalnya melihat seberapa besar manfaat hubungan maupun perpisahan dengan orang yang barusan mutusin kita, terhadap social purpose yang sebelumnya kita tetapkan. Untuk ini, seseorang perlu memiliki life statement yang merupakan uraian lengkap tentang pandangan-pandangan objektif orang terhadap diri kita, dan ini tentunya bisa selalu di-update ketika kita menemukan sesuatu berubah, atau nilai diri kita meningkat. (re-presented from Building the Bridge …)

Sabtu, 26 Aug 2006
Pentingnya konsep purpose-oriented adalah kita melihat seperti apa jadinya kira-kira apa yang kita hasilkan nanti. Dengan begitu kita memperoleh pedoman dalam tindakan-tindakan yang kita ambil. Sebagai contoh, seseorang yang mau menulis sesuatu harus mengetahui sebelumnya berapa halaman ia akan menulis, dan apa saja yang akan ditulis. Pengetahuan-pengetahuan ini (a priori) akan mengembalikan dia kedalam konteks ketika misalnya tulisannya sudah ngawur diluar konteks bahasan, atau mengingatkan dia untuk mengatur alokasi tempat untuk tiap segmen tulisannya agar jatah halaman yang dipatok tercukupi atau tidak terlalu banyak lebihnya.
23 agustus 2006
Didalam kalimat terakhirnya, Robert E. Quinn dengan bukunya Building the Bridge as You Walk on It menyimpulkan sebagai berikut:
Tiap entri menuju keadaan fundamental state of leadership mengerikan sekaligus menyenangkan, dan ketika kita berada di petualangan deep change, tidak ada jaminan untuk sukses. Kita tidak tahu bagaimana ceritanya akan berakhir. Kita belajar dari siswa-siswa Lary bahwa orang-orang biasa-orang yang duduk disebelah kita-punya cerita tentang pengalaman-pengalaman seperti itu. Kita tahu dari Lary bahwa mungkin sekali menciptakan ruang sacral dan didalam ruang sacral tersebut semua karakteristik yang bisa mengajak orang masuk kedalam fundamental state of leadership muncul secara alami. Kita tahu dari Doug bahwa manajer dan para guru adalah umat manusia yang mereka sendiri butuh pada tantangan deep change. Kemauan uantuk menghadapi deep change mengubah bagaimana kita berfikir tentang memberdayakan orang lain. Kita mulai meninggalkan metode-metode telling and forcing. Kita mulai berbalik kearah transcending self dan participating with others pada 'penciptaan' ruang sacral. Ketika kita melakukannya, kita tumbuh, begitu juga mereka. Akhirnya kita belajar dari Stan bahwa tidak pernah terlambat untuk berubah. Ketika kita berubah, kita secara bertahap belajar bahasa dan proses yang diperlukan untuk menarik orang lain kedalam fundamental state of leadership.

Fri, June 16, 06
Untuk mencapai sebuah sukses hidup perlu seimbang. Hidup yang seimbang adalah hidup yang aktivitas-aktivitas didalmnya eksis dengan takaran yang pas, tidak lebih, tidak pula kurang. Hidup seimbang adalah sebuah siklus yang membentuk mata rantai aktivitas yang terjadi secara berulang dalam keseharian. Hidup seimbang adalah hidup yang segera mampu menyesuaikan ketika sesuatu yang tak dapat dielakkan mengintervensi.
Hidup seimbang tidak monoton melainkan rutinitas yang variatif. Hidup seimbang adalah hidup yang mampu memberikan/ memenuhi setiap hak eleman-elemen yang terlibat didalamnya. Hidup seimbang bukanlah senantiasa berdoa sementara bersikap masa bodoh. Hidup seimbang adalah hidup dengan mimpi dan memahaminya serta berbuat sesuatu untuknya. Hidup seimbang adalah dengan berprasangka baik kepada-Nya melalui amal shalih (perbuatan nyata). Hidup seimbang adalah hidup yang teratur seirama dengan keteraturan planet-planet berevolusi mengelilingi matahari. Hidup seimbang adalah kepedulian, peduli pada diri sendiri, peduli pada orang lain. Peduli pada cita-cita dan masa depan yang lebih baik.


Wednesday, June 14 2006
Didalam Islam, setiap ibadah yang dilakukan oleh seorang muslim haruslah dilandaskan atas dasar keyakinan kepada sang Khaliq sampai dengan keyakinan akan adanya hari akhir. Ketika seorang muslim beribadah tanpa itu semua, maka ibadahnya menjadi sia-sia. Islam menyatukan pengikut-pengikutnya dengan iman, dengan keyakinan yang sama akan adanya hubungan Pencipta-mahluk yang meniscayakan bentuk-bentuk pelayanan mahluk kepada sang Khaliq, atau adanya hak-hak dan kewawjiban-kewajiban kedua belah pihak. Disini jelaslah perbedaan antara Islam dan humanisme, maupun agama pagan. Humanisme melandaskan seluruh laku perbuatan/ budi pada rasionalitas, akal dan consensus serta pertimbangan/asas manfaat dan standard of virtue yang tentunya berbeda disetiap tempat di muka bumi. Paganisme (agama pagan) pada awalnya menciptakan ritual dan bentuk-bentuk penyembahan berdasarkan kepentingan manusia itu sendiri, atau memuja dan mensakralkan sesuatu yang dianggap suci maupun memberi kehidupan. Mereka menciptakan untuk kemudian menyembah dewa A untuk melawan musuh mereka yang menyembah dewa B misalnya (pada zaman kuno). Sedangkan pada masa modern paganisme beralih makna (berubah visi) menjadi ideologi yang menentang satu Tuhan dan agama. Paganisme pada masa postmodern memiliki bermacam bentuk termasuk humanisme diatas, namun semua bentuk tersebut berakar pada tujuan yang satu; menghancurkan agama monoteisme. Kembali lagi ke Islam. Islam diyakini telah teruji menjadi solusi terbaik yang membimbing manusia menjalani hidup yang lebih baik (Islam pernah memimpin 2/3 dunia dengan prinsip-prinsip keadilan Islam selama lebih dari 4 abad. Semua agama dilindungi dibawah panji-panji kekuasaan Islam). Perintah dan larangan didalam Islam adalah sebuah disiplin yang akan menyampaikan pelakunya yang ikhlas kepada kesuksesan dunia akhirat. Dia adalah jalan hidup dan bukan tujuan itu sendiri. Sholat 5 waktu tidaklah penting tapi bagaimana agar dengannya terhindar dari hal-hal keji dan sifat-sifat kebinatangan dan dengannya timbul sifat-sifat ketuhanan. Puasa sendiri bukanlah tujuan tapi bagaimana denganya seseorang mampu mengendalikan diri untuk tidak merongrong hak-hak yang menjadi milik orang lain. Disilah peran Islam sebagai sebuah disiplin diri yang telah merubah sebuah masyarakat jahiliyah yang terbelakang menjadi masyarakat 'Islami' yang berperadaban. Sekarang akankah kita mengambil Islam sekenanya, atau sepenuhnya (kaffah) menjadi sebuah pegangan didalam menjalani kehidupan yang kian hari kian terbalik ini? Well, semua terserah anda!
Tuesday, 13th June 2006
Someone will be said to be 'aggressive' if they 'fight' for what they desire. They sacrifice anything they have, and do anything they can. An aggressive girl can be in many places where the boy she likes presents. The synonym of 'aggressive' is militant (the verb is militate). We often hear this word referring to people armed and fight for independence/ autonomy to their country or province.

Monday, June 12, 2006
'Complacent' means well-pleased, in other words; smug, self-satisfied or easily content with something, accomplishments etc. someone feel so smug when he or she accomplishes just little things. This phenomenon explains why students of university, friends of mine among, do not possess as much knowledge as expected.
My place setting was Jogjakarta, a miniature of Indonesia to which people/ students from Sabang to Merauke comes and leaves every year. This place has long time ago be direction of high school students to continue their study. It is realized that every years' graduates from this city have only little experiences and are unskillful.
This can't be the parents' fault to send them there, but they've gradually been formed by their environment to be so. Jogja is well known by its naming 'kota pelajar' besides its tourism and is also likely to be kota nyantai. This has a great effect to its people. Most of my classmates become so pleased when they know something and stop there, never further (frankly speaking, I am not the exception he he…).
Many factors might be accused of this complacency of our college students but the most outstanding cause to be proposed is the city itself. The surroundings, the environment. I actually am complaining about how our students their feeling's not stuck to their very purpose; that is to study. I agree that studying is not only to be in a class listening to lecturer. Just true, university as institution of education has failed in connecting people to the real world which is its true reason of existence.
Permissive and suggestive attitude/ environment has made this problem much more complicated, and segregated colleges from its students. Visiting libraries has been replaced by regular visits to book rentals (which provide you comics and mostly bad novels, unfree). Discussion and studying clubs have been become smaller ngerucuting into a couple sitting on the liteless corner of a pub/nightclub (may be discussing Hermes and Aprodithe). Critical students/communities have gone perfectly substituted by 'anak-anak gedongan' who even are reluctant to glance at beggar. And the term 'mahasiswa' has deteriorated in its meaning to the point where it refers to a narrow-minded, unsocialized, study-oriented, full of doctrine, very good listener.

Rabu, 26 04 2006
Tidak ada hal yang paling mengerikan selain menunggu kematian
Tanpa mampu berbuat apa-apa
Hidup tanpa keputusan dan tantangan
Terobsesi mimpi-mimpi serta ramalan
Bahkan lupa untuk hidup

Setiap orang sadar akan ajal yang akan tiba
Menghampiri masing-masing dari mereka
Mencabut jiwa-jiwa tanpa peringatan
Namun hanya ada sedikit orang yang mengambil keputusan yang benar
Untuk waktu dan peluang
Atau yang lebih buruk
Tak ada keputusan

Minggu, 28 agustus 2005
10:00 pm
2 tahun pencarianku
Kini telah kutemukan jalanku
Jalan yang harus kulalui
Tidak mudah memang,
Setidaknya akan ada banyak rintangan disana.
Jalan yang penuh cinta dan cita-cita.
Penuh pengharapan dan doa.
Aku harus bangkit mengejar semua ketertinggalan,
Aku ingin dunia tahu siapa aku,
Akan kutunjukkan diriku yang sebenarnya
Seorang pecinta yang sedang mencari Tuhannya
Mencari sedikit kedamaian
Dalam keabadian-Nya yang hakiki,
Menyatu bersama alam
Bertasbih
Memuji kebesaran-Nya, keagungan-Nya
Akan kulalui jalan ini dengan mantap
Kan kuterjang setiap rintangan dihadapan
Kan kusebrangi setiap sungai yang menghalang,
Dan kudaki setiap gunung yang menjulang
Kuturuni setiap lembah jurang yang menghadang
Hingga aku mati digenggaman musuhku,
Atau tenggelam bersama gelombang lautan
Aku rela hingga akhirnya kutemui Tuhanku
Hingga kutemui jati diriku
Hingga kutemui damai tentram jiwaku

"hidup adalah ibadah"