Thursday, November 23, 2006

Kemarin gue nulis esai bahasa inggris buat ikutan lomba annual essay competition 2006-nya UGM. Penyelenggaranya PPKB UGM. Lo (ugmers only) masih bisa ikutan kalo mau, sebab paling lambat ngumpulnya akhir bulan ini. Download aja disini! tar kalo udah penilaian isnyaAllah gue posting.

summary esai gue:

Tema : Belajar Dari Tragedi Gempa Jogjakarta

Subtema : Pelajaran Di Balik Gempa 27 Mei 2006

Judul : What Can Be Learned From May 27 2006 Quake?



Aku*

Aku,
aku bukan bumi
yang selalu setia mengayun setiap benda
hidup atau mati
baik atau buruk
aku bukan ratu malam
yang selalu memberi jalan disetiap hitam
aku bukan pangeran malam
yang setia menemani sang ratu
aku juga bukan air
yang terus mengalir dengan ketenangan ataupun karang
yang tegar walau halang rintang menghadang

Aku ..
aku hanya manusia
manusia yang penuh keangkuhan
merasa segala milikku
merasa jagad raya punyaku
aku manusia angkuh

Aku ..
terlalu hina untuk dimaki
terlalu lemah untuk berdiri
terlalu letih untuk berlari
lembar laluku hitam, gelap
tiada terang kusapa
tiada indah kurasa
untuk
tiada warna kutemui
silamku kelam, hitam,
dan kini
awalku untuk berdiri
menghapus hitam silamku
pupuskan angkuhku
mencoba ntuk memberi
mencari terang masa depanku
melalui indah hariku
memberi warni duniaku
hapuskan hitam

Kini .
Aku harus berdiri
Dan harus tetap berdiri

*author: Yeyen Komariah
(adikku yang suka menulis)

Monday, November 06, 2006

Rabu, 30 Aug 2006
Aku tahu apa yang harus aku lakukan sekarang; menyumbat mulutku dan melakukan sesuatu yang membuatku berkembang (tidak ada lagi sesumbar, no more bragging!)
Orang bilang ini pencerahan, yang seperti apa? Pencerahan datang setelah kita mampu keluar dari tempurung pikiran kita yang sempit menuju keterbukaan dan kebebasan. Kalau kita sadar bahwa agama itu ternyata rasional dan tidak menganggap agama sebagai sesuatu yang serba mistis, illogical, gaib dsb, tentu kita semua akan memperoleh yang namanya pencerahan. Kata orang, punya mimpi dan memahaminya lebih baik daripada berdo'a dan bersikap tak peduli. So, mau apa?
Beberapa nonsense:
Berharap sesuatu terjadi tanpa berbuat apa-apa padahal masih mampu.
Berharap suatu keajaiban akan diberikan kepadanya sehingga dia bisa merubah dunia padahal dia sendiri gak mau berubah.
Berharap Tuhan mau menolong dirinya sementara dirinya sendiri gak mau nolongin diri sendiri.
Well, to such nonsenses: GO BEYOND NONSENSE!
Tuhan tidak akan pernah bosan mendengarkan kita berdoa sampai kita sendirilah yang bosan. Pada akhirnya akupun bosan dan berhenti berdoa. Tuhan pun tersenyum dan berkata "akhirnya kau mengerti".

Jum'at, 1 september 2006
"was wird der Mann sagen?" atau bahasa inggrisnya "what will this man say/ set out someday?", sebuah tema yang dilekatkan pada sebuah obyek yang isinya hanyalah sebuah foto sderhana yang sudah diedit sedikit menggunakan perangkat lunak bajakan dengan efek lightspot yang terlihat seperti manusia purba (kata seorang teman). Tapi menurutku ia bukanlah sesosok manusia purba melainkan sebuah inspirasi, dan yang jelas sebuah bagian dari polesan teknologi yang disebut komputer.
Lantas apa arti tema diatas? Atau setidaknya apa yang sang kreator ingin ungkapkan dengan tema itu, yang diasosiasikan pada gambar itu? Sebuah pencerahan, refleksi, envisi (pandangan kedepan). Sang 'kreator' merasa ingin tahu (wonder) apa yang akan dikatakan oleh orang ini (yang adalah dirinya sendiri) suatu saat kelak. Dia melihat (dalam visualisasinya) dirinya menjadi seorang terkenal dan ilmuwan. Artinya sang kreator menginginkan dirinya kelak mampu mengungkapkan sesuatu (ide) kepada dunia. Sesuatu disini bisa bermacam-macam wujud, gagasan, inovasi, teori baru, sangkalan atau yang lainnya. Mungkin juga berupa karya sastra, pemikiran agama atau teknologi, desain, rancangan dll yang mampu memberikan pencerahan kepada dunia. Pendek kata, kreasi ini dibuat dengan harapan terwujudnya seorang manusia tercerahkan yang mampu mencerahkan.

HE'S AN EXPERT
HE'S A PROF
HE'S AN ARTIST
HE'S RELIGIOUS

Senin, 4 September 2006

Beberapa kata mutiara berikut gue dapat dari seorang teman, sewaktu berlibur di kampung halaman.
Bismillahirrohmaanirrohiim
>Ambillah waktu untuk berdoa, itu sumber ketenangan. Ambillah waktu untuk belajar, itu sumber kebijaksanaan. Ambillah waktu untuk beramal, itu kunci menuju surga.
>Tawadhu ialah bila setiap kali ia berjumpa dengan seorang muslim, ia menyangka bahwa orang itu lebih baik dari dirinya.
>Sejatinya cinta, baik dari langit maupun dari bumi, semuanya menunjuk kepada Allah semata (Jalaludin Rumi).
>Apa yang kamu simpan untuk kamu sendiri akan lenyap. Apa yang kamu berikan pada orang lain akan kamu miliki selamanya (Axel Munthe).
>Membalas kebaikan dengan kejahatan adalah perilaku serendah-rendahnya, membalas kebaikan dengan kebaikan adalah biasa. Membalas kejahatan dengan kebaikan adalah cita-cita kemanusiaan tinggi.
>Hati adalah taman yang dimiliki Allah dimuka bumi. Yang paling mencintai Allah adalah hati yang paling bersih, paling teguh dan paling lembut (Ibnul Qoyyim).
>Siapa yang menolong keperluan saudaranya niscaya Allah SWT aka menutupi kebutuhannya. Dan siapa yang membantu seorang muslim lepas dari kesusahan, maka Allah akan melepaskannya dari kesusahan dan kesedihan – sabda Rasul.
>Kedermawanan adalah memberi lebih banyak dari kemampuanmu. Kebanggaan adalah mengambil lebih sedikit dari yang kau butuhkan (Khalil Gibran).
>Ambil waktu untuk bersahabat, itu jalan menuju kebahagiaan. Ambil waktu untuk memberi, itu membuat hidup terasa lebih berarti. Ambil waktu untuk bekerja, itu nilai keberhasilan.
>Semua orang ingin mengubah dunia tapi tak ada yang ingin mengubah dirinya sendiri (Leo Tolstoy).
>Doa memberikan kekuatan pada orang yang lemah, membuat rang yang tidak percaya menjadi percaya dan memberikan keberanian pada orang yang ketakutan.
>Dalam kerendahan hati ada ketinggian budi. Dalam kemiskinan harta ada kekayaan jiwa. Dalam kesempitan hidup ada keluasan ilmu.
>Hati-hatilah terhadap dosa yang dianggap kecil karena semuanya berkumpul pada seseorang sehingga dosa-dosa itu membinasakannya – sabda Rasul.
>Allah menguji keikhlasan dalam kesendirian. Allah memberikan kedewasaan ketika masalah-masalah berdatangan. Allah melatih ketegaran dalam kesakitan.
Harta yang menguntungkan adalah sabar. Teman yang paling akrab adalah amal. Pengawal pribadi yang paling waspada adalah diam. Bahasa yang paling manis adalah senyum. Ibadah yang paling indah adalah khusyuk.
>Manusia yang paling lemah adalah orang yang tidak mampu mencari teman, namun yang lebih lemah dari itu ialah orang yang mendapatkan banyak teman tetapi menyia-nyiakannya (Ali bin Abi Thalib ra).
>Rasa cinta dan kasih sayang pada sesama adalah pelita yang dapat kita pegang dan selalu menyala dimana-mana, yang tetap akan menerangi tempat-tempat jauh seperti menerangi tempat dekat.
>Sahabat yang beriman ibarat benderang pelita. Sahabat setia seperti harum kesturi. Sahabat sejati menjadi pendorong impian. Sahabat berhati mulia membawa kita kejalan-Nya.

Minggu, 10 September 2006
Ketika aku bilang 'go beyond nonsense' dimana sebelumnya aku telah mendefinisikan beberapa nonsense, misalnya berdoa, bukan berarti memusuhi atau meninggalkannya sama sekali melainkan transendensi. Kita tidak lebih mementingkan berdoa ketimbang hal-hal riil yang perlu kita lakukan untuk mencapai suatu tujuan (goals & objectives).
Aku baru saja menyelesaikan membaca sebuah buku "viruses of the mind"-nya Richard Brodie, penulis versi pertama microsoft word, sekarang adalah CEO perusahaannya sendiri, Brodie Technology Companie. Salah satu hal yang aku pelajari adalah bahwa sesuatu bisa menjadi lebih mungkin terjadi ketika subyeknya membangun hubungan asosiasi tertentu antara dirinya dan sesuatu tersebut. Awalannya adalah konsep memetik yang menjelaskan tentang meme, yakni sebuah sub model realitas/ cara pandang kita terhadap sesuatu (berbeda dengan kebenaran). Meme (dilafalkan mim) dikategorikan oleh Brodie kedalam tiga subklasifikasi yakni meme-pembeda, meme-strategi dan meme-asosiasi. Yang ingin kuurai disini adalah meme-asosiasi dimana seseorang menhubungkan suatu rasa, flavor, sensasi, visi, pandangan, visualisasi dengan sesuatu hal misalnya sebuah tempat, iklan atau foto,, benda.
"Was wird der Mann sagen?" adalah suatu karya tematik yang diasosiasikan dengan visi maupun suatu pandangan (mungkin juga sensasi) atau visualisasi yang tergambar dibenak kreatornya. Ini mirip (saya mengatakan mirip untuk membedakannya dari akurat) dengan pemrograman neurolinguistik (NLP) yang salah dua caranya adalah embedding dan anchoring. Pada kasus diatas misalnya, kreator mengaitkan foto dan tema dirinya dengan hal-hal baik/ sensasi yang dilihatnya dalam benaknya. Artinya ketika dia memandang gambar tersebut, dia 'melihat' puncak kesuksesan seorang profesor, insinyur, eksekutif atau lainnya. Ini benar-benar pernah terjadi (berhasil). Contohnya adalah bagaimana seoran gperamal dan ahli nujum mampu 'meramalkan' masa depan seseorang. Dengan 'meramal', yang dilakukan si ahli nujum sebenarnya hanyalah menjalinkan asosiasi positif didalam benak obyek ke hal-hal yang diinginkan obyek atau peramal itu sendiri. Atau bisa juga kita anggap si peramalal menularkan virus akal budi/ meme bagus ke obyek peramalan. (meme bagus disini adalah "aku akan menjadi sukses/kaya" atau "aku akan menjadi seorang eksekutif berbakat yang sukses". Dikatakan bagus karena meme tersebut langsung menekan tombol psikologis mendasar (sensitif) obyek peramalan yakni menyangkut kedudukan, keamanan, makanan (lebih lanjut baca buku virus akal budi) dan karena hal itu juga menimbulkan perasaan bahagia bagi yang diramal. Pendekatan lainnya dengan NLP, sang ahli nujum mengasosiasikan obyek ramalan dengan hal-hal baik yang didinginkan. Sama halnya dengan seorang politikus dalam kampanye politiknya menunjuk dirinya ketika menyampaikan/ berbicara mengenai masa depan yang cerah dan menuding lawan apabila membicarakan nasib malang dan suram sebetulnya sedang menautkan kesan baik pada dirinya dan kesan buruk pada lawan politiknya (virus akal budi hal 182).
Hal lainnya yang perlu digarisbawahi adalah bahwa pendekatan apapun terhadap realitas (disebut model) bukanlah kebenaran. Bahkan sesungguhnya tidak ada kebenaran yang utuh. Kebenaran-kebenaran itu hanyalah separoh dari kebenaran. Misalkan ketika kita berkata "matahari terbit dari timur" sesungguhnya lebih benar mengatakan "bumu bergerak mengitari matahari". Bahkan teori memetika bukanlah hal yang sama sekali baru apalagi disebut kebenaran.
Memetika hanyalah sebuah rangkaian pendekatan yang selama ini sebenarnya telah banyak dikupas dibuku-buku self-improvement, seperti misalnya konsep pentingnya mempunyai tujuan yang jelas dan memandang dengan kaca mata itu (yang memungkinkan kita memilah-milah reaksi yang akan diberikan terhadap sesuatu berdasarkan level keterkaitannya dengan tujuan yan gdicita-citakan).
Misalkan aku mempunyai tujuan penguasaan disiplin yang kutekuni, dalam hal ini keteknikan elektro (hingga untuk menjelaskannya aku mampu dengan menutup mata). Aku bisa mempertanyakan kontribusi apa yang akan diberikan oleh kehadiran sang pacar untuk pencapaian tujuan tersebut. Hal ini penting untuk memastikan setiap perhatian kita sepenuhnya tertuju pada objective (jangka pendek) maupun goal (jangka panjang) yang kita setting. Sering kita menghabiskan perhatian kita pada sang pacar yang nyatanya hanya berarti membuang-buang sumber daya yang kita miliki untuk sesuatu yang kurang berguna (dorongan primitif). Reaksi-reaksi seperti takut, lapar, marah, berahi adalah proyeksi kepekaan primitif (mekanisme) terhadap bahaya, makanan dan sex. Kita, sebagai individu berbudaya tentu mampu memenej (walau terkadang sulit) pemenuhan ketiganya secara lebih cerdas dan prosedural. Misalkan dalam menanggapi bahaya kita tidak harus selalu merasa ketakutan kemudian lari. Kita bisa memperhitungkan seberap besar tingkat bahaya tersebut, adakah hubungan dengankelangsungan hidup kita atau eksistensi kita pada suatu kelompok, seberapa kuat? Lantas apa yang perlu kita lakukan untuk menghilangkannya?
Beberapa hari yang lalu aku menulis kalau Tuhan selama ini hanya mengabaikanku tapi kita bisa menjelaskan kalau sekaranglah Tuhan mempertemukanku dengan separoh kebenaran, pencerahan, dan kesadaran akan benar tidaknya tindakan yang kulakukan. Selama ini prosesnya telah berlangsung, namun Tuhan memang berkehendak lain dengan mengarahkanku kepada kesimpulan (yang ternyata cukup lama).
Orang tidak bisa menyatakan agama buruk hanya karena dogma-dogma yang diajarkan. Toh agama menetapkan standar norma yang harus dijalani pengikutnya dan iman bukanlah konsistensi buta (foolish) melainkan kepercayaan yang didasari kemampuan akal membaca ayat-ayat Tuhan dan menyimpulkan (suggest) akan keberadaan (jejak) Tuhan yang berimplikasi pada pertanyaan "lantas apa yang Tuhan inginkan dari kita?" yang otomatis menjasdi tujuan hidup (konsekuensi logis) manusia-manusia religius. Agama adalah sebuah way of life, bukan sekedar reaksi penekanan tombol 'asuransi murah' terhadap argumentasi semisal bila Tuhan sungguh-2 ada, hukuman bagi mereka yang tidak percaya sungguh berat. Bila Ia tidak ada, apa ruginya percaya?. Sebagai tambahan, agama (Islam) tidak membahayakan siapapun malahan mengadvokasi 'Islam sebagai rahmatan lil alamin' yang tentunya menguntungkan kita semua. Sebab ketika membahas memetika agama, agama yang dimaksud hendaknya mengakomodasi semua agama dan kepercayaan agar jangan terjebak pada generalisasi agama-agama hanya dengan mengambil contoh yang buruk dari salah satu agama didalm proses penyebaran misalnya. Apalagi kalau pengeneralisiran tersebut hanyalah didorong oleh keinginan untuk menarik kesimpulan yang sama dengan apa yang sebelumnya dipirka seseorang atau mencocokkan dengan teori baru agar lebih masuk akal dan bisa diterima. Proses penyamarataan ini biasanya sulit dihindari disebabkan background dan pengalaman (tidak harmonis) dengan salah satu oknum agama (salah satu agama)

VERY VERY SHORT COMMENT TO "VIRUSES OF THE MIND"
Selasa, 29 Agustus 2006
Hidup masing-masing orang begitu berbeda. Mungkin ilustrasinya bisa sebagai berikut. Hidup anda ketika sehat segar bugar dapat anda rasakan perbedaannya dengan ketika anda sakit. Ketika sakit kita merasa sendirian, kesepian. Aneh rasanya melihat orang lain bisa tertawa, makan dengan lahap, bercanda.
Begitulah yang mungkin kurasakan saat ini. Ini sakit yang kedua dalam bulan ini, setelah kemaren kena diare dan sempat demam. Heran, aku bilang, kok lemah banget sih, sakit mulu. Emang siapa yang mau sakit? Ga ada, kecuali orang yang udah males hidup.
Kalo kita tinjau dari sudut pandang agama, sakit dianggap bisa menggugurkan dosa seseorang asal dia bersabar dan berserah diri pada Allah (tetap minum obat tentunya). Bahkan ada seorang ustadzah yang kepingin ninggal karena sakit (sakit sebelum meninggal, gitu maksudnya), biar dosanya abis gitcu.
Yah moga aja sakit yang terjadi padaku ini juga menggugurkan dosa-dosaku yang kelewat banyak. Mungkin ini (penyakit) merupakan tanda kalo Tuhan sebenarnya sayang sama aku, karena Dia ingin mensucikan aku. Benarkah? Jawabannya mungkin ya, mungkin tidak, tergantung apakah kamu masih percaya adanya Tuhan atau tidak. Kalau aku sih percaya banget. Aku heran kenapa banyak sekali orang yang menyangsikan keberadaan Tuhan. Mungkin karena jauhnya kehidupan mereka dari sentuhan tangan Tuhan, ya? Maksudku, ada saat-saat dimana sesuatu tidak bisa dijelaskan dengan akal sehat/logika. Misalnya fenomena-fenomena alam tertentu yang khusus diperlihatkan kepaada seseorang tertentu. Tapi sebenarnya kalau kita mau serius belajar agama, menurutku sudah banyak bukti-bukti yang menunjukkan keberadaan Tuhan, bahkan terlalu banyak. Hal ini dapat kita lihat dari pesan-pesan Tuhan didalam Al-qur'an (referensi yang jarang dibaca ahli-ahli barat ateis) seperti misalnya peninggalan atau sisa-sisa suatu kaum yang kena azab, atau tubuh/ jenazah fir'aun yang setelah diteliti ditemukan butiran-butiran garam (dari air laut) dan diyakini sebagai firaun yang mengejar Musa a.s. dan tenggelam di laut merah ketika tiba-tiba jalan yang membelah laut merah tertutup. Atau bagi banyak sekali orang Islam yang menunaikan ibadah haji di Mekkah yang menemui hal-hal gaib/ ajaib.
Sudahlah, mau diapakan hati ini kalau tidak ada lagi agama di dunia ini? Manusia butuh pemenuhan spiritual. Dan ini pokok sekali, lebih pokok dari pada makanan dan sex. Manusia butuh agama dan ilmu pengetahuan, seperti yang Islam telah ajarkan. Kalau gereja dikenal dengan intrik-intrik politiknya yang hitam kelam di masa lalu, tapi tidak dengan Islam tentunya, ya kan? Bisa ga sih sekali aja bayangin semua orang bisa hidup akur, tentram, saling menghormati antar agama, gak ada perang, gak ada permusuhan, salah menyalahkan? Rasanya nikmat banget kalo hidup ini dipenuhi cinta, kasih sayang, silaturahmi, tolong menolong, tenggang rasa, and on and on.
Aku batuk
Jadi ngawur

Mo ngapain lagi?
Seberapa panjang umurku?

Jadi apa aku nanti?
Udah ah, Q capek.

Ga ada lagi yang mau ditulis.

<--saat sakit-->

Saturday, September 23, 2006

Kamis, 24 Aug 2006
Berubahlah dari responsif/reaktif menjadi aktif/kreatif. Ketika anda mengalami perasaan-perasaan emosional yang negatif semisal ketika diputus pacar, atau sebuah kegagalan, apakah kita akan bersikap problem-solving ataukah purpose-pursuing? Akankah kita lebih memilih peran sebagai korban karena itulah peran/lakon yang kita ngerti lakuin, ataukah kita akan bangkit dari persepsi yang berbeda tentang apa yang sesungguhnya kita alami, misalnya melihat seberapa besar manfaat hubungan maupun perpisahan dengan orang yang barusan mutusin kita, terhadap social purpose yang sebelumnya kita tetapkan. Untuk ini, seseorang perlu memiliki life statement yang merupakan uraian lengkap tentang pandangan-pandangan objektif orang terhadap diri kita, dan ini tentunya bisa selalu di-update ketika kita menemukan sesuatu berubah, atau nilai diri kita meningkat. (re-presented from Building the Bridge …)

Sabtu, 26 Aug 2006
Pentingnya konsep purpose-oriented adalah kita melihat seperti apa jadinya kira-kira apa yang kita hasilkan nanti. Dengan begitu kita memperoleh pedoman dalam tindakan-tindakan yang kita ambil. Sebagai contoh, seseorang yang mau menulis sesuatu harus mengetahui sebelumnya berapa halaman ia akan menulis, dan apa saja yang akan ditulis. Pengetahuan-pengetahuan ini (a priori) akan mengembalikan dia kedalam konteks ketika misalnya tulisannya sudah ngawur diluar konteks bahasan, atau mengingatkan dia untuk mengatur alokasi tempat untuk tiap segmen tulisannya agar jatah halaman yang dipatok tercukupi atau tidak terlalu banyak lebihnya.
23 agustus 2006
Didalam kalimat terakhirnya, Robert E. Quinn dengan bukunya Building the Bridge as You Walk on It menyimpulkan sebagai berikut:
Tiap entri menuju keadaan fundamental state of leadership mengerikan sekaligus menyenangkan, dan ketika kita berada di petualangan deep change, tidak ada jaminan untuk sukses. Kita tidak tahu bagaimana ceritanya akan berakhir. Kita belajar dari siswa-siswa Lary bahwa orang-orang biasa-orang yang duduk disebelah kita-punya cerita tentang pengalaman-pengalaman seperti itu. Kita tahu dari Lary bahwa mungkin sekali menciptakan ruang sacral dan didalam ruang sacral tersebut semua karakteristik yang bisa mengajak orang masuk kedalam fundamental state of leadership muncul secara alami. Kita tahu dari Doug bahwa manajer dan para guru adalah umat manusia yang mereka sendiri butuh pada tantangan deep change. Kemauan uantuk menghadapi deep change mengubah bagaimana kita berfikir tentang memberdayakan orang lain. Kita mulai meninggalkan metode-metode telling and forcing. Kita mulai berbalik kearah transcending self dan participating with others pada 'penciptaan' ruang sacral. Ketika kita melakukannya, kita tumbuh, begitu juga mereka. Akhirnya kita belajar dari Stan bahwa tidak pernah terlambat untuk berubah. Ketika kita berubah, kita secara bertahap belajar bahasa dan proses yang diperlukan untuk menarik orang lain kedalam fundamental state of leadership.

Fri, June 16, 06
Untuk mencapai sebuah sukses hidup perlu seimbang. Hidup yang seimbang adalah hidup yang aktivitas-aktivitas didalmnya eksis dengan takaran yang pas, tidak lebih, tidak pula kurang. Hidup seimbang adalah sebuah siklus yang membentuk mata rantai aktivitas yang terjadi secara berulang dalam keseharian. Hidup seimbang adalah hidup yang segera mampu menyesuaikan ketika sesuatu yang tak dapat dielakkan mengintervensi.
Hidup seimbang tidak monoton melainkan rutinitas yang variatif. Hidup seimbang adalah hidup yang mampu memberikan/ memenuhi setiap hak eleman-elemen yang terlibat didalamnya. Hidup seimbang bukanlah senantiasa berdoa sementara bersikap masa bodoh. Hidup seimbang adalah hidup dengan mimpi dan memahaminya serta berbuat sesuatu untuknya. Hidup seimbang adalah dengan berprasangka baik kepada-Nya melalui amal shalih (perbuatan nyata). Hidup seimbang adalah hidup yang teratur seirama dengan keteraturan planet-planet berevolusi mengelilingi matahari. Hidup seimbang adalah kepedulian, peduli pada diri sendiri, peduli pada orang lain. Peduli pada cita-cita dan masa depan yang lebih baik.


Wednesday, June 14 2006
Didalam Islam, setiap ibadah yang dilakukan oleh seorang muslim haruslah dilandaskan atas dasar keyakinan kepada sang Khaliq sampai dengan keyakinan akan adanya hari akhir. Ketika seorang muslim beribadah tanpa itu semua, maka ibadahnya menjadi sia-sia. Islam menyatukan pengikut-pengikutnya dengan iman, dengan keyakinan yang sama akan adanya hubungan Pencipta-mahluk yang meniscayakan bentuk-bentuk pelayanan mahluk kepada sang Khaliq, atau adanya hak-hak dan kewawjiban-kewajiban kedua belah pihak. Disini jelaslah perbedaan antara Islam dan humanisme, maupun agama pagan. Humanisme melandaskan seluruh laku perbuatan/ budi pada rasionalitas, akal dan consensus serta pertimbangan/asas manfaat dan standard of virtue yang tentunya berbeda disetiap tempat di muka bumi. Paganisme (agama pagan) pada awalnya menciptakan ritual dan bentuk-bentuk penyembahan berdasarkan kepentingan manusia itu sendiri, atau memuja dan mensakralkan sesuatu yang dianggap suci maupun memberi kehidupan. Mereka menciptakan untuk kemudian menyembah dewa A untuk melawan musuh mereka yang menyembah dewa B misalnya (pada zaman kuno). Sedangkan pada masa modern paganisme beralih makna (berubah visi) menjadi ideologi yang menentang satu Tuhan dan agama. Paganisme pada masa postmodern memiliki bermacam bentuk termasuk humanisme diatas, namun semua bentuk tersebut berakar pada tujuan yang satu; menghancurkan agama monoteisme. Kembali lagi ke Islam. Islam diyakini telah teruji menjadi solusi terbaik yang membimbing manusia menjalani hidup yang lebih baik (Islam pernah memimpin 2/3 dunia dengan prinsip-prinsip keadilan Islam selama lebih dari 4 abad. Semua agama dilindungi dibawah panji-panji kekuasaan Islam). Perintah dan larangan didalam Islam adalah sebuah disiplin yang akan menyampaikan pelakunya yang ikhlas kepada kesuksesan dunia akhirat. Dia adalah jalan hidup dan bukan tujuan itu sendiri. Sholat 5 waktu tidaklah penting tapi bagaimana agar dengannya terhindar dari hal-hal keji dan sifat-sifat kebinatangan dan dengannya timbul sifat-sifat ketuhanan. Puasa sendiri bukanlah tujuan tapi bagaimana denganya seseorang mampu mengendalikan diri untuk tidak merongrong hak-hak yang menjadi milik orang lain. Disilah peran Islam sebagai sebuah disiplin diri yang telah merubah sebuah masyarakat jahiliyah yang terbelakang menjadi masyarakat 'Islami' yang berperadaban. Sekarang akankah kita mengambil Islam sekenanya, atau sepenuhnya (kaffah) menjadi sebuah pegangan didalam menjalani kehidupan yang kian hari kian terbalik ini? Well, semua terserah anda!
Tuesday, 13th June 2006
Someone will be said to be 'aggressive' if they 'fight' for what they desire. They sacrifice anything they have, and do anything they can. An aggressive girl can be in many places where the boy she likes presents. The synonym of 'aggressive' is militant (the verb is militate). We often hear this word referring to people armed and fight for independence/ autonomy to their country or province.

Monday, June 12, 2006
'Complacent' means well-pleased, in other words; smug, self-satisfied or easily content with something, accomplishments etc. someone feel so smug when he or she accomplishes just little things. This phenomenon explains why students of university, friends of mine among, do not possess as much knowledge as expected.
My place setting was Jogjakarta, a miniature of Indonesia to which people/ students from Sabang to Merauke comes and leaves every year. This place has long time ago be direction of high school students to continue their study. It is realized that every years' graduates from this city have only little experiences and are unskillful.
This can't be the parents' fault to send them there, but they've gradually been formed by their environment to be so. Jogja is well known by its naming 'kota pelajar' besides its tourism and is also likely to be kota nyantai. This has a great effect to its people. Most of my classmates become so pleased when they know something and stop there, never further (frankly speaking, I am not the exception he he…).
Many factors might be accused of this complacency of our college students but the most outstanding cause to be proposed is the city itself. The surroundings, the environment. I actually am complaining about how our students their feeling's not stuck to their very purpose; that is to study. I agree that studying is not only to be in a class listening to lecturer. Just true, university as institution of education has failed in connecting people to the real world which is its true reason of existence.
Permissive and suggestive attitude/ environment has made this problem much more complicated, and segregated colleges from its students. Visiting libraries has been replaced by regular visits to book rentals (which provide you comics and mostly bad novels, unfree). Discussion and studying clubs have been become smaller ngerucuting into a couple sitting on the liteless corner of a pub/nightclub (may be discussing Hermes and Aprodithe). Critical students/communities have gone perfectly substituted by 'anak-anak gedongan' who even are reluctant to glance at beggar. And the term 'mahasiswa' has deteriorated in its meaning to the point where it refers to a narrow-minded, unsocialized, study-oriented, full of doctrine, very good listener.

Rabu, 26 04 2006
Tidak ada hal yang paling mengerikan selain menunggu kematian
Tanpa mampu berbuat apa-apa
Hidup tanpa keputusan dan tantangan
Terobsesi mimpi-mimpi serta ramalan
Bahkan lupa untuk hidup

Setiap orang sadar akan ajal yang akan tiba
Menghampiri masing-masing dari mereka
Mencabut jiwa-jiwa tanpa peringatan
Namun hanya ada sedikit orang yang mengambil keputusan yang benar
Untuk waktu dan peluang
Atau yang lebih buruk
Tak ada keputusan

Minggu, 28 agustus 2005
10:00 pm
2 tahun pencarianku
Kini telah kutemukan jalanku
Jalan yang harus kulalui
Tidak mudah memang,
Setidaknya akan ada banyak rintangan disana.
Jalan yang penuh cinta dan cita-cita.
Penuh pengharapan dan doa.
Aku harus bangkit mengejar semua ketertinggalan,
Aku ingin dunia tahu siapa aku,
Akan kutunjukkan diriku yang sebenarnya
Seorang pecinta yang sedang mencari Tuhannya
Mencari sedikit kedamaian
Dalam keabadian-Nya yang hakiki,
Menyatu bersama alam
Bertasbih
Memuji kebesaran-Nya, keagungan-Nya
Akan kulalui jalan ini dengan mantap
Kan kuterjang setiap rintangan dihadapan
Kan kusebrangi setiap sungai yang menghalang,
Dan kudaki setiap gunung yang menjulang
Kuturuni setiap lembah jurang yang menghadang
Hingga aku mati digenggaman musuhku,
Atau tenggelam bersama gelombang lautan
Aku rela hingga akhirnya kutemui Tuhanku
Hingga kutemui jati diriku
Hingga kutemui damai tentram jiwaku

"hidup adalah ibadah"